Jangan Kantongi Kepunyaan Orang Lain

Kisah nyata pada zaman Tiongkok kuno mengenai kisah kejujuran.
Yanli Jizi, kakak dari Raja Wu, suatu hari pergi jalan-jalan dan menemukan sekeping emas  terjatuh di jalan. Seorang tukang kayu yang berpakaian lusuh lewat dan Jizi berkata kepadanya, “Pak, ambil emas tersebut.”
Tukang kayu itu bertanya padanya, “Apakah itu milik Tuan?” Jizi menjawab, “Bukan.” Tukang kayu itu  menaikkan alisnya dan berkata, “Tuan kelihatannya mulia, namun mengapa kelakuannya kurang pantas? Mengapa kita harus mengambil emas punya orang lain yang kehilangan?”
Jizi sangat malu saat mendengar perkataan tukang kayu miskin tersebut. Dia segera minta maaf dan menanyakan nama si tukang kayu. Tukang kayu itu menjawab, “Tuan kelihatannya punya jabatan tinggi, tidak ada gunanya saya memberitahu nama saya.” Lalu ia pergi.
Ketika Jizi masih terpekur disana selama beberapa waktu, dari kejauhan nampak seseorang, yang ternyata pemilik asli dari emas tersebut, meneliti jalan sejengkal demi sejengkal dan mencari-cari emas miliknya. Jizi segera menghampirinya dan menunjukkan temuannya. Pemilik emas itu berkali-kali mengucapkan terima kasih dan bersyukur bahwa ia tidak kehilangan harta yang telah dikumpulkannya dengan susah payah tersebut.
Kakak raja itu mengagumi moralitas si tukang kayu. Dia mampu menanggung kemiskinan dan penderitaan tanpa kehilangan kejujuran dan kekayaan hatinya. Ini adalah kebaikan yang harus dimiliki setiap manusia, sebagai mahluk yang mulia dibandingkan mahluk lain di dunia ini seperti hewan atau mahluk tingkat rendah. Kita sebaiknya tidak mengambil uang milik orang lain.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.