Dikuliti Hidup-Hidup! Inilah Flaying, Metode Penyiksaan Terkejam Sepanjang Masa
Pada
prosesi Flaying, korban diikat di sebuah pilar dengan keadaan
telanjang, serta kaki dan tangan terikat agar korban tidak melakukan
perlawanan. Setelah itu, korban pun mulai dikuliti oleh algojo dengan
pisau tajam dan melepaskannya dari otot. Tidak jarang, korban direbus
sebelumnya agar kulitnya menjadi lembut agar lebih mudah untuk dikuliti.
Setelah
korban dikuliti, korban tidak langsung dibunuh, melainkan dibiarkan
begitu saja hingga mati dengan sendirinya. Biasanya korban akan mati
akibat syok, kehabisan darah, ataupun hipotermia. Namun, ada juga korban
yang dijemur di bawah terik matahari.
Oh iya, ini adalah metode penyiksaan favoritku. Sering sekali kupakai
kalau bikin cerpen, bahkan kutambahkan sedikit inovasi, seperti
menusukkan jarum ke seluruh tubuh, membumbuhi dengan garam, atau
menyiram dengan air jeruk nipis. Tidak jarang semuanya digabungkan.
Aku juga pernah baca kalau metode ini sering dilakukan ke para koruptor,
loh! Kira-kira, kalau ini diterapkan di Indonesia, pasti aman tuh dari
korupsi. Fuhuhu
Sumber :
1. hal.69 Kleine Kulturgeschichte der Haut . p. 69. Ernst G. Jung (2007).
2. Paragraf berdasarkan esai " Von Ursprung des Schindens in Assyrien " dalam Jung (2007), hlm . 67-70
3. Silinder Rassam. Museum Inggris. & 636BC , hal. Col.1, L.52 to Col.2, L. 27.
4. Andrews, William (1898). Perbendaharaan Sejarah Gereja, Adat, Kebudayaan Rakyat, dll . London: Williams Andrews & Co. hlm. 158–167 . Diakses tanggal 4 Mei 2015 .
5. Wall, J. Charles (1912), Porches and Fonts. Wells Gardner dan Darton, London. hlm.41-42.
6. https://historycollection.com/12-torturous-methods-execution-history/6/
Post a Comment